1. Waktu
Waktu terus berjalan tanpa memperdulikan siapa yang tertinggal olehnya, apa jadinya jika waktu harus menunggu siapa yang tertinggal. Tidak ada sejarah dan belum pernah terjadi ada seseorang yang di tunggu oleh waktu. Nah sebelum tertinggal olehnya dari sekarang kita harus siap mempergunakan waktu yang tersedia di depan kita.
Dalam satu periode putaran hari, waktu yang di sediakan Allah SWT hanya 24 jam, tidak lebih dan tidak kurang. Jika kita termasuk orang-orang yang memanfaatkan waktu dengan baik rasanya waktu 24 jam masih sangat kurang, dan sebaliknya 24 jam waktu yang tersedia dalam sehari rasanya terlalu banyak bagi yang tidak memanfaatkannya.
Waktu tidak akan kembali untuk menjemput kita, tidak mungkin kita kembali ke masa kanak-kanak, karna masa itu telah tiada sekarang. Sekali lagi sebelum waktu meninggalkan kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Imam Al Ghazali pernah bertutur, yang paling dekat adalah kematian sedangkan yang paling jauh adalah waktu yang telah berlalu. Pernyataan ini mengingatkan kita bahwa waktu yang telah berlalu, walaupun hanya semenit, tidak mungkin diraih kembali
2. Perkataan
Sering kita mendengar “mulutmu adalah harimaumu”, mengartikan bahwa salah dalam berkata kita sendiri yang akan menanggung akibatnya. Kita tidak pernah tau ke mana muaranya apa yang kita katakan dan apa yang kita sampaikan ke orang lain, banyak yang bermasalah dengan kata-kata sehingga harus berakhir dengan permusuhan, dendam, berurusan dengan kepolisian, bahkan berakibat mati. Itu semua akibat kata-kata yang di tempatkan pada tempat yang salah, kata bisa memotivasi, kata juga bisa menyakiti dan mengiris hati, bahkan kata juga bisa membuat orang mati.
Saya teringat sebuah kisah tentang kekuatan kata, Dua orang pria, keduanya menderita sakit keras, sedang dirawat di sebuah kamar rumah sakit. Seorang di antaranya menderita suatu penyakit yang mengharuskannya duduk di tempat tidur selama satu jam di setiap sore untuk mengosongkan cairan dari paru-parunya. Kebetulan, tempat tidurnya berada tepat di sisi jendela satu-satunya yang ada di kamar itu.
Sedangkan pria yang lain harus berbaring lurus di atas punggungnya. Setiap hari mereka saling bercakap-cakap selama berjam-jam. Mereka membicarakan istri dan keluarga, rumah, pekerjaan, keterlibatan mereka di ketentaraan, dan tempat-tempat yang pernah mereka kunjungi selama liburan.
Setiap sore, ketika pria yang tempat tidurnya berada dekat jendela di perbolehkan untuk duduk, ia menceritakan tentang apa yang terlihat di luar jendela kepada rekan sekamarnya. Selama satu jam itulah, pria ke dua merasa begitu senang dan bergairah membayangkan betapa luas dan indahnya semua kegiatan dan warna-warna indah yang ada di luar sana.
"Di luar jendela, tampak sebuah taman dengan kolam yang indah. Itik dan angsa berenang-renang cantik, sedangkan anak-anak bermain dengan perahu-perahu mainan. Beberapa pasangan berjalan bergandengan di tengah taman yang dipenuhi dengan berbagai macam bunga berwarnakan pelangi.
"Di luar jendela, tampak sebuah taman dengan kolam yang indah. Itik dan angsa berenang-renang cantik, sedangkan anak-anak bermain dengan perahu-perahu mainan. Beberapa pasangan berjalan bergandengan di tengah taman yang dipenuhi dengan berbagai macam bunga berwarnakan pelangi.
Sebuah pohon tua besar menghiasi taman itu. Jauh di atas sana terlihat kaki langit kota yang mempesona. Suatu senja yang indah.”
Pria pertama itu menceritakan keadaan di luar jendela dengan detil, sedangkan pria yang lain berbaring memejamkan mata membayangkan semua keindahan pemandangan itu. Perasaannya menjadi lebih tenang, dalam menjalani kesehariannya di rumah sakit itu. Semangat hidupnya menjadi lebih kuat, percaya dirinya bertambah.
Pada suatu sore yang lain, pria yang duduk di dekat jendela menceritakan tentang parade karnaval yang sedang melintas. Meski pria yang ke dua tidak dapat mendengar suara parade itu, namun ia dapat melihatnya melalui laporan pandangan mata pria yang pertama yang menggambarkan semua itu dengan kata-kata yang indah.
Begitulah seterusnya, dari hari ke hari.Dan, satu minggu pun berlalu.
Suatu pagi, perawat datang membawa sebaskom air hangat untuk mandi. Ia mendapati ternyata pria yang berbaring di dekat jendela itu telah meninggal dunia dengan tenang dalam tidurnya. Perawat itu menjadi sedih lalu memanggil perawat lain untuk memindahkannya ke ruang jenazah. Kemudian pria yang kedua ini meminta pada perawat agar ia bisa dipindahkan ke tempat tidur di dekat jendela itu. Perawat itu menuruti kemauannya dengan senang hati dan mempersiapkan segala sesuatu ya. Ketika semuanya selesai, ia meninggalkan pria tadi seorang diri dalam kamar.
Dengan perlahan dan kesakitan, pria ini memaksakan dirinya untuk bangun. Ia ingin sekali melihat keindahan dunia luar melalui jendela itu. Betapa senangnya, akhirnya ia bisa melihat sendiri dan menikmati semua keindahan itu. Hatinya tegang, perlahan ia menjengukkan kepalanya ke jendela disamping tempat tidurnya. Apa yang dilihatnya? Ternyata, jendela itu menghadap ke sebuah ...... TEMBOK KOSONG!!
Ia berseru memanggil perawat dan menanyakan apa yang membuat teman pria yang sudah wafat tadi bercerita seolah-olah melihat semua pemandangan yang luar biasa indah di balik jendela itu. Perawat itu menjawab bahwa sesungguhnya pria tadi adalah seorang yang buta bahkan tidak bisa melihat tembok sekalipun.
"Barangkali ia ingin memberimu semangat hidup," kata perawat itu. Teman, saya percaya setiap kata selalu bermakna bagi setiap orang yang mendengarnya. Setiap kata, adalah layaknya pemicu, yang mampu menelisik sisi terdalam hati manusia, dan membuat kita melakukan sesuatu.
Kata-kata, akan selalu memacu dan memicu kita untuk menggerakkan setiap anggota
tubuh kita, dalam berpikir, dan bertindak. Saya juga percaya, dalam kata-kata, tersimpan kekuatan yang sangat kuat bagi kita yang mempercayainya.
Saya percaya, kata-kata yang santun, sopan, penuh dengan motivasi, bernilai dukungan, memberikan kontribusi positif dalam setiap langkah anusia. Ujaran-ujaran yang bersemangat, tutur kata yang membangun, selalu menghadirkan sisi terbaik dalam hidup kita. Ada hal-hal yang mempesona saat kita mampu memberikan kebahagiaan kepada orang lain. Menyampaikan keburukan, sebanding dengan setengah kemuraman, namun, menyampaikan kebahagiaan akan melipatgandakan kebahagiaan itu sendiri. Menyampaikan setiap ujaran dengan santun, dengan sopan, akan selalu lebih baik daripada menyampaikannya dengan ketus, gerutu, atau dengan kesal. Sampaikanlah semua itu dengan bijak, dengan santun.tubuh kita, dalam berpikir, dan bertindak. Saya juga percaya, dalam kata-kata, tersimpan kekuatan yang sangat kuat bagi kita yang mempercayainya.
3. Kesempatan
Tidak jauh berbeda dengan waktu, kesempatan juga menyangkut waktu lihailah dalam melihat kesempatan, ambil segala kesempatan yang ada dan carilah kesempatan yang belum terlihat. Ada yang mengatakan “kesempatan tidak datang kedua kalinya”, ada juga mengatakan “kesempatan datang bukan hanya sekali, bahkan berkali-kali, tapi bagaimana kita mengambil kesempatan tersebut”, kedua kalimat di atas tidak ada yang salah tergantung bagaimana kita menilainya.
Walaupun kita menganggap kesempatan yang sama akan kembali, tapi sebenarnya ada perbedaan. Setiap diri kita pernah melihat kesempatan, ada yang mengambil, ada juga yang meninggalkanya.
Perlu di ingat bahwa kesempatan yang sama tidak akan pernah kembali,...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar